Festival Pintu Air 10 Tangerang resmi digelar di Taman Eco Park mulai 6 hingga 8 November 2025. Acara ini menjadi ajang refleksi sejarah sekaligus perayaan budaya yang mengingatkan masyarakat, khususnya generasi muda, akan pentingnya menjaga warisan bersejarah Bendung Pasar Baru atau yang lebih dikenal sebagai Pintu Air 10—ikon Kota Tangerang yang dibangun sejak masa kolonial Belanda.
Bendung yang berdiri kokoh di atas aliran Sungai Cisadane ini bukan hanya berfungsi sebagai pengatur air dan sumber air bersih bagi jutaan warga, tetapi juga menyimpan nilai sejarah tinggi. Pembangunannya dimulai pada tahun 1929 dan selesai pada 1935, menjadikannya salah satu infrastruktur tertua dengan konstruksi beton bertulang di Indonesia.
Warisan Sejarah yang Tetap Hidup
Wali Kota Tangerang, Sachrudin, dalam sambutannya saat pembukaan festival, menegaskan bahwa Pintu Air 10 adalah simbol ketangguhan dan identitas warga Tangerang.
“Bendung Pintu Air Sepuluh merupakan warisan penting masa kolonial yang masih berfungsi hingga kini. Lebih dari sekadar infrastruktur, bendung ini adalah simbol kebanggaan serta daya tarik wisata sejarah dan edukasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, festival ini tidak hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan nilai sejarah, budaya, dan pentingnya pelestarian lingkungan sekitar bendung.
“Melalui festival ini, kita ingin menumbuhkan kecintaan terhadap warisan budaya sebagai kekuatan membangun Kota Tangerang yang maju, berkarakter, dan berdaya tarik,” tambahnya.
Perpaduan Sejarah, Seni, dan Ekonomi Kreatif
Kegiatan Festival Pintu Air 10 diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang dengan dukungan penuh dari berbagai komunitas, budayawan, dan pelaku UMKM. Festival ini menampilkan ragam kegiatan mulai dari pertunjukan seni tradisional, modern dance, tari kreasi, hingga lomba marawis dan silat tradisi.
Kepala Disbudpar Kota Tangerang, Boyke Urif Hermawan, menyebutkan antusiasme masyarakat begitu tinggi.
“Ratusan peserta ikut berpartisipasi. Kami ingin mengakomodir potensi seni dan budaya lokal yang belum sempat mendapat ruang di ajang resmi pelajar,” ungkap Boyke.
Selain pertunjukan budaya, festival ini juga menghadirkan bazar UMKM dan sembako murah yang ramai dikunjungi warga. Kehadiran kegiatan ekonomi kreatif ini diharapkan dapat mendorong perputaran ekonomi lokal sekaligus memperkuat solidaritas masyarakat.
Menghidupkan Kembali Identitas Kota Tangerang
Melalui Festival Pintu Air 10, Pemerintah Kota Tangerang ingin membangun kesadaran kolektif bahwa sejarah bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan fondasi untuk membentuk masa depan yang berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan bahwa keberadaan Bendung Pintu Air 10 tidak hanya berperan dalam sistem pengairan, tetapi juga sebagai saksi perkembangan sosial dan budaya masyarakat Tangerang yang multietnis dan multikultural.
Dengan semangat kebersamaan, pelestarian budaya, dan dukungan terhadap ekonomi lokal, Festival Pintu Air 10 Tangerang menjadi bukti nyata bahwa kota industri ini juga kaya akan nilai sejarah dan kearifan lokal yang layak dijaga lintas generasi.(ADV)


