Iklan


Iklan


,

Iklan

iklan

Pengrajin Desa Bandung Sejahtera Berkat Reforma Agraria

28 Sep 2025, 11:38 WIB Last Updated 2025-09-28T04:38:29Z


Comunitynews | Pandeglang – Program Reforma Agraria tidak hanya menghadirkan kepastian hukum atas tanah, tetapi juga menjadi motor penggerak peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu tampak jelas di Desa Bandung, Kabupaten Pandeglang, melalui pengelolaan Desa Wisata Bukit Sinyonya yang kini berkembang pesat berkat keterlibatan generasi muda.

Desa wisata yang ditetapkan sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik pada Januari 2025 ini menjadi contoh nyata bagaimana program tersebut mampu menghadirkan manfaat berkelanjutan.

Asep Adam (25), pengelola Bukit Sinyonya, menuturkan bahwa potensi ekonomi kampungnya sebenarnya telah lama ada. Namun, tanpa dukungan pemberdayaan dari Reforma Agraria, potensi itu sulit berkembang.

“Potensinya sudah ada, tapi kalau tidak dikemas dengan baik, tidak akan berkelanjutan. Misalnya, kerajinan anyaman. Dari dulu ibu-ibu sudah bisa, tapi karena faktor usia, tidak ada regenerasi. Kini, lewat desa wisata, anak muda mulai tertarik untuk terlibat,” ujar Asep saat ditemui, Senin (22/9/2025).

Sejak ditetapkan sebagai Kampung Reforma Agraria pada 2023, kreativitas warga terutama generasi muda terus tumbuh. Kerajinan anyaman yang dulunya terbatas pada tas pandan sederhana kini berevolusi menjadi produk inovatif, seperti sepatu hingga tas dengan desain modern.

“Kalau dulu hanya tas, sekarang anak-anak muda ikut berkreasi. Kreativitas lebih tinggi, produk lebih bervariasi, dan nilai jual pun naik,” jelas Asep yang juga mahasiswa Program Studi Pariwisata Universitas Terbuka Serang.

Tak hanya soal produk, peran pengrajin pun ikut berkembang. Dari yang sebelumnya hanya sebagai pembuat kerajinan, kini mereka juga menjadi instruktur bagi masyarakat maupun wisatawan.

Manfaat itu turut dirasakan Ani (52), salah seorang pengrajin. Menurutnya, aktivitas menganyam yang sejak kecil ia jalani kini memberi nilai tambah bagi kehidupan keluarga.

“Dulu hidup kami hanya dari hutan ke rumah, menganyam, tanpa tahu banyak soal desa. Sekarang hasil anyaman bisa untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan sampai bisa kuliahkan anak,” ungkapnya.

Bagi masyarakat Desa Bandung, Reforma Agraria bukan sekadar soal kepemilikan tanah, tetapi juga bagaimana mengelola sumber daya secara berkelanjutan. Kini, pengelolaan Desa Wisata Bukit Sinyonya terus diperkuat melalui kerja sama dengan universitas, pihak swasta, dan pemerintah daerah.

“Harapannya, dukungan ini bisa menjaga keberlanjutan desa wisata kami dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutup Ani.

Iklan