Comunitynews | – Komitmen terhadap pendidikan inklusif kembali ditunjukkan oleh UBP Banten 3 Lontar melalui program pemberdayaan bagi penyandang disabilitas.
Kegiatan terbaru berlangsung bersamaan dengan peresmian Gedung Sekolah MI Al-Husna di Desa Lontar, di mana UBP Banten 3 Lontar menghadirkan komunitas batik Nol Satu Tangerang (NOSATA) untuk berbagi keterampilan membatik kepada para siswa.
Sebanyak 20 anggota NOSATA yang sebagian besar adalah penyandang disabilitas hadir sebagai pengajar. Mereka membimbing langsung para siswa dalam mengenal teknik dasar membatik, mulai dari menggambar pola hingga mencanting.
Suasana penuh semangat terlihat ketika anak-anak mencoba membuat karya batik mereka sendiri dengan pendampingan guru dan instruktur.
Menurut Anit, pembina Kelompok NOSATA, pelatihan ini bukan sekadar mengenalkan keterampilan seni, tetapi juga menanamkan pesan penting mengenai kesetaraan.
“Kami ingin membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi hambatan untuk berkarya. Justru melalui membatik, anak-anak belajar tentang kreativitas, kesabaran, dan arti saling mendukung,” ujarnya.
Kepala MI Al-Husna, Dodi, turut mengapresiasi inisiatif tersebut. Ia menilai kegiatan ini memberi nilai tambah bagi siswanya, tidak hanya memperkaya wawasan budaya lokal, tetapi juga menumbuhkan empati.
“Anak-anak belajar bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Itu pelajaran hidup yang tidak kalah penting dibanding materi pelajaran di kelas,” jelasnya.
Program membatik bersama ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan ruang pendidikan yang lebih ramah, inklusif, dan berkelanjutan.
Selain memperkuat rasa cinta terhadap budaya Indonesia, kegiatan ini juga membuka ruang interaksi yang sehat antara siswa dan kelompok disabilitas, sekaligus mengikis stigma negatif yang masih ada di masyarakat.
Muhayar