Aceh Tamiang, Comunitynews— Derasnya banjir bandang yang menerjang Kecamatan Karangbaru, Kabupaten Aceh Tamiang, pada akhir November lalu, nyaris memutus harapan warga yang terjebak. Namun di tengah kondisi itu, keberanian Sertu Giman Saputra, prajurit TNI dari Koramil 02 Karangbaru, menjadi penentu keselamatan puluhan jiwa, termasuk seorang bayi yang dievakuasi menggunakan baskom plastik.
Banjir terjadi pada 26 November 2025, dengan ketinggian air awal mencapai lebih dari empat meter. Pada hari berikutnya, debit air kembali meningkat hingga diperkirakan menembus enam meter. Sejumlah rumah terendam, sementara warga bertahan di atap seng yang terus digoyang arus dan hantaman puing.
Saat banjir mulai membesar, Giman baru saja kembali dari kantor desa usai mengikuti kegiatan pemilihan kepala desa. Memasuki malam, air datang begitu cepat hingga ia tak memiliki waktu untuk menyelamatkan harta benda di rumahnya.
Informasi tentang warga yang masih terjebak segera ia terima. Bersama istrinya, Giman langsung bergerak. Dengan alat seadanya, ia menjebol dinding rumah untuk membuka jalur evakuasi. Di dalamnya terdapat delapan orang, termasuk anak-anak dan seorang bayi berusia dua bulan.
Tanpa perahu dan akses kendaraan, Giman mengambil risiko besar. Ia berenang menembus banjir dengan bantuan ban bekas dan pelampung sederhana. Arus deras, kabel listrik, hingga puing bangunan menjadi ancaman sepanjang jalur evakuasi.
“Air sekitar empat setengah meter, arusnya kencang. Perahu tidak berani masuk karena banyak seng dan puing,” kata Giman.
Momen paling kritis terjadi saat menyelamatkan bayi. Menurut Giman, menggendong bayi di tengah arus deras sangat berbahaya. Ia pun meminta keluarga korban menyediakan baskom sebagai alat evakuasi sementara.
“Atap seng sudah bergoyang. Bayi harus didahulukan. Kami pakai baskom,” ujarnya.
"Dengan sisa tenaga, Giman berhasil mengevakuasi bayi tersebut lebih dulu, disusul warga lainnya. Aksi penyelamatan berlangsung berjam-jam hingga tubuhnya nyaris kehabisan tenaga."
Secara keseluruhan, sekitar 20 orang berhasil diselamatkan, termasuk seorang anggota TNI bersama anaknya yang sempat hanyut dan ditolong menggunakan rakit darurat dari jerigen.
Bagi Giman, tindakan itu bukan soal keberanian, melainkan panggilan nurani.
“Kalau saya diam, akibatnya bisa fatal. Sebagai manusia, saya harus bergerak,” katanya.
Kisah Sertu Giman menjadi potret pengabdian di tengah bencana, ketika risiko pribadi diabaikan demi keselamatan sesama.


